Sumber: Internet |
Semarang sedang menunjukkan geliatnya
untuk menjadi kota metropolitan. Melalui slogan
“Waktunya Semarang Setara“ yang dicanangkan Wali Kota Soemarmo, kota ini terus
berupaya mengejar ketertinggalannya dari kota metropolitan
lain yang ada di Indonesia.
Kawasan Simpang Lima yang dulunya merupakan pusat
kebudayaan dan pemerintahan kini menjadi pusat bisnis. Gedung-gedung yang menjulang tinggi menjadi trademark kawasan tersebut. Demikian juga dengan jalan-jalan protokol, seperti Jalan Pemuda, Jalan Pahlawan, Jalan Pandanaran, dan Jalan Gajahmada.
Proyek-proyek pembangunan menyentuh hampir seluruh
wilayah di Semarang, entah perumahan, perkantoran, pertokoan, ataupun proyek-proyek
pemerintah. Kemacetan seakan sudah
menjadi pemandangan lazim, khususnya pada waktu-waktu sibuk. Ya, pertumbuhan kota
Semarang tengah berdenyut kencang.
Akan tetapi, banyak persoalan yang muncul mengiringi laju pertumbuhan di Semarang yang kian cepat, salah
satunya adalah krisis lingkungan. Memang, ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang tumbuh. Akan tetapi, dogma
ini menjadi sebuah persoalan ketika dihadapkan dengan permasalahan lingkungan.
Dipelopori oleh kelompok cendekiawan the Club of
Rome, persoalan ini menjadi menjadi bahan diskusi sejak tahun 1972, dalam
kaitannya dengan masalah lingkungan, termasuk yang mendesak yaitu kerusakan
lingkungan hidup yang sangat memprihatinkan. Demikian yang diungkapkan Kees Bertens dalam
bukunya Pengantar Etika Bisnis.
Permasalahan lingkungan yang terjadi di Semarang cukup
banyak dan besar. Rob masih menjadi
permasalahan yang klasik, bahkan kawasan yang tergenang rob terus meluas. Penurunan tanah dituding menjadi penyebab
utamanya, dimana besarannya berkisar antara 0-14 cm per tahun. Penurunan tanah
sendiri antara lain disebabkan oleh pengambilan air melalui sumur artetis yang
tidak terkontrol dan pembangunan yang berlebihan. Fenomena terbaru berupa amblesnya tanah di
sebuah rumah warga di Bandarharjo januari lalu diduga juga disebabkan oleh
pengambilan air artetis yang berlebihan.
Banjir juga masih menjadi musuh utama warga
Semarang. Terakhir, adalah banjir di
Ngaliyan yang menewaskan tujuh orang di Kecamatan Ngaliyan dan Tugu. Banjir ini disebabkan meluapnya Kali
Beringin. Kerusakan lingkungan di hulu
sungai ditengarai menjadi penyebabnya, dimana kawasan perkebunan dan pertanian
dialih fungsikan menjadi perumahan dan perindustrian.
Kasus pencemaran di pantai juga terjadi, misalnya Kali Tapak di
Tugurejo yang bermuara di pantai utara.
Pencemaran ini disebabkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dari
industri di kawasan tersebut sebagian tidak berfungsi baik, bahkan ada yang
tidak memiliki IPAL.
Selain itu, reklamasi pantai juga menjadi
permasalahan serius. PT Sinar Centra Cipta
(SCC) dinilai
telah merusak lingkungan dengan mereklamasi pantai. Kegiatan tersebut
berlangsung kendati ada ketidaksesuaian dokumen kajian analisis mengenai dampak
lingkungan (amdal).
Krisis lingkungan ini sangat membutuhkan
penanganan yang serius. Jika tidak, krisis lingkungan yang lebih parah bukan
tidak mungkin terjadi. Pemerintah, selaku pemangku
kebijakan seharusnya dapat mengendalikan kerusakan melalui
perencanaan strategis, salah satunya melalui RTRW. Akan
tetapi, pemerintah justru terkesan tutup mata terhadap krisis lingkungan yang
terjadi di Semarang.
Hal ini terbukti dengan disahkannya Perda mengenai
Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) Kota Semarang tahun 2010-2030 pada 25 Mei 2011 lalu yang tidak
dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Padahal, sesuai
dengan pasal 15 UU No. 32 tahun 2009 disebutkan pemerintah diwajibkan menyusun
KLHS dalam rangka penyusunan RTRW.
Oleh karena itu, perlu bagi pemerintah untuk
melakukan revisi terhadap RTRW agar lebih berpihak terhadap lingkungan. Tentu, ini hanya dapat dilakukan apabila
pemerintah berkenan untuk membuka mata lebar-lebar terhadap permasalahan yang
terjadi, dan menilainya dengan hati nurani, tanpa didasari
kepentingan-kepentingan pihak tertentu.
Aktsar Hamdi Tsalits
Pemimpin Umum LPM EDENTS Periode 2010/2011
Artikel ini dimuat dalam Majalah Edents dengan Tema Pembangunan Vs Degradasi Lingkungan
Post a Comment