Sumber: berdikarionline.com |
Indonesia
telah merdeka selama 68 tahun. Tak
sedikit yang merayakannya dengan upacara bendera, memasang bendera di depan
rumah, menyanyikan lagu Indonesia Raya atau dengan meriahnya perlombaan. Banyak
pula yang merayakannya
di dunia maya seperti mengganti display picture dan private
message di Blackberry Messenger atau
media lain dengan hal-hal yang berbau
kemerdekaan, mengunggah foto bendera Indonesia atau hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan Indonesia. Selain itu, terkadang cara rakyat
Indonesia memeriahkan kemerdekaan cukup unik,
misal dengan mengibarkan bendera di dalam laut dan di atas gunung.
Sangat
halal jika rakyat Indonesia kini “mewujudkan”
kemerdekaan dengan hal-hal seperti itu. Sebanyak apapun perwujudan kita dalam
merayakan, memeriahkan, dan mensyukuri kemerdekaan mungkin tidak akan pernah
sebanding dengan apa yang dilakukan rakyat Indonesia di jaman dahulu, jelas
karena situasi yang berbeda. Tetapi perlu diingat, nasionalisme tidak hanya
sebatas di media sosial dan
perlombaan. Ada esensi lain dari merayakan kemerdekaan yang perlu diingat
rakyat Indonesia, esensi yang mungkin akan terdengar sangat klise, tapi yang
klise-lah yang sering tidak diwujudkan.
Kita
harus mempelajari sejarah. Bung Karno disaat HUT Proklamasi tahun 1966
berpidato dengan tajuk “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.” Bung Karno
berkata, “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau
adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala daripada masa yang akan
datang”. Presiden pertama Indonesia saja sudah berpesan seperti itu. Sungguh lucu apabila kita
yang sudah berlabel “bangsa Indonesia” dan turut merayakan
kemerdekaan tidak tahu sejarah bangsa ini.
Setidaknya sejarah
bagaimana Indonesia merdeka. Karena ketika kita
mengetahui sejarah, dengan mantap kita bisa meneruskan kemerdekaan bangsa ini.
Kita
harus tahu hal-hal pokok tentang Indonesia. Bentuk negara? Pancasila sebagai
ideologi negara? Semboyan negara? Lambang negara? Jumlah bulu pada lambang
negara kita? Semoga rakyat Indonesia mayoritas masih mampu menjawabnya. Seharusnya mengetahui
dan memahami hal-hal seperti itu tidak hilang selepas mengecap bangku sekolah. Karena
status kebangsaan kita pun tidak
hilang selepas dari sekolah.
Kita
mengetahui, mengingat, dan melestarikan budaya. Indonesia terdiri dari
kebudayaan dan suku yang sangat beragam. Tidak ada yang menuntut rakyat
Indonesia untuk mengingat seluruh kebudayaan. Yang dapat kita lakukan untuk
negara adalah dengan melestarikan
budaya daerah atau suku kita. Siapa yang sama sekali tidak hafal dan tidak tahu lagu
daerahnya? Acungkan jari! Sepertinya akan banyak jari-jari yang terlihat. Siapa
yang malu budayanya lebih dipelajari oleh bangsa asing daripada bangsa sendiri?
Banyak yang malu-malu mengakui malu.
Kita
harus menghargai jasa para pahlawan. Terdengar begitu klise, tapi ini penting!
Bung Karno berpesan saat berpidato di Hari Pahlawan 1961,”Bangsa yang besar
adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”. Menghargai pahlawan tidak
hanya sekedar menjadikan nama mereka sebagai nama jalan. Pahlawan adalah
orang-orang yang telah memperjuangkan bangsa ini sampai kemerdekaan. Menghargai
pahlawan adalah bagaimana kita meneruskan perjuangan para pahlawan untuk
mencapai “kemerdekaan yang lain”. Apa itu? Mempertahankan negara ini dengan
segala harta didalamnya. Menjadikan negara ini mandiri, tidak hutang di sana-sini, tidak impor dari sana-sini. Menjadikan
negara ini maju bukan sekedar berkembang lagi.
Mia Rusliyanti
Saputri
Magang 2012
Post a Comment