Sumber: ilmusdm.files.wordpress.com |
Apa yang ada dibenakmu jika mendengar tanggal 17 Agustus? Sebuah hari pusaka, hari besar, hari kemerdekaan bangsa Indonesia, mungkin itu yang terlintas dibenakmu, dibenak seluruh rakyat Indonesia. Hari ini adalah hari ulang tahun Indonesia ke-68. Hari perayaan yang tak luput dari upacara bendera, semarak perlombaan, gemuruh terompet dan hal unik lainnya.
Tapi disamping itu, sejenak kita menundukan
kepala, mengingat kembali ke masa lampau, masa dimana Indonesia belum tercipt. Masa dimana kita di
jajah selama bertahun-tahun,
hingga puluhan sampai ratusan tahun lamanya. Hingga akhirnya muncul para tokoh, elemen
masyarakat dengan semangat yang tiada henti demi mempertahankan Ibu Pertiwi. Itulah yang
kita sebut sebagai “Pahlawan”.Seperti yang bung Karno pernah katakan dalam
pidato Hari Pahlawan 10 November 1961 “Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghormati jasa pahlawannya.” Maka sudah
selayaknya kita harus mengenang mereka, karena mereka lah kita ada, karena
mereka lah Indonesia tercipta dan merdeka.
“Perjuanganku lebih
mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri.” - Bung Karno. Tidak
dapat dipungkiri, kata-kata bung Karno memang benar adanya, sulit rasanya memajukan
suatu bangsa apabila ada pihak-pihak tertentu yang hanya memperdulikan dirinya
sendiri, “bagai musuh dalam selimut.”
Maraknya korupsi, tingkat pengangguran, kriminalitas dan
sebagainya harus
dihadapi Indonesia.
Bagi generasi muda,
inilah saat
yang tepat untuk membuat mereka bangga dengan melanjutkan apa yang telah mereka
berikan terhadap kita. Melanjutkan
kemerdekaan dengan membangun bangsa ini, menjadi bangsa yang maju, mempunyai
mental kuat, dan dapat
bersaing di dunia internasional.
Kemerdekaan dan Perekonomian Indonesia
Mari kita
ingat kembali system perekonomian
Indonesia dan gelombang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) bangsa ini dari masa ke
masa. Kita pasti
ingat dengan “Sistem
Ekonomi Gerakan Benteng”bukan? Suatu sistem yang diupayakan pemerintah dalam rangka
mengubah
struktur ekonomi yang berat sebelah. Sistem ini bertujuan mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi
struktur ekonomi nasional yang direncanakan oleh Menteri Perdagangan saat itu, Sumitro
Djojohadikusumo (menjabat 3 April 1952 – 30 Juli 1953). Program ini dimulai pada tahun 1950 dan selama 3 tahun perusahaan-perusahaan Indonesia
mendapat bantuan kredit.
Alhasil
program ini berdampak pada defisit 3 miliar rupiah yang diterima
negara pada
tahun 1952. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu sumber defisit keuangan Indonesia kala itu.
Selanjutnya
ada pula
“Sistem Ekonomi Ali-Baba” yang diupayakan oleh Iskaq Tjokrohadisurjo, Menteri Perekonomian pada
masa Kabinet Ali I. Pada masa ini pengusaha pribumi
diwajibkan untuk memberi latihan-latihan dan tanggung jawab kepada
tenaga-tenaga Indonesia agar dapat menduduki jabatan sebagai staf. Pemerintah menyediakan
kredit dan lisensi bagi perusahaan swasta nasional. Selain itu, pemerintah juga memberikan perlindungan
agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing. Namun, progam
ini tidak berjalan dengan baik karena Indonesia lebih mengutamakan persaingan
bebas sedangkan pengusaha pribumi belum sanggup bersaing di pasar bebas.
Sisi lain, data International Monetary Fund (IMF) pada tahun 1980 menunjukkan bahwa PDB
Indonesia sebesar 60,143.19. Pada tahun 1985 meningkat
hingga sebesar 112,969.792 kemudian menjadi 233,013.290 pada tahun 1990. PDB Indonesia terus merangkak ke atas hingga tahun 2010 mencapai angka 6,422,918.230. Peringkat Indonesia dalam hal PDB tergolong
cukup baik, terhitung dari tahun 2009,
Indonesia mendapati peringkat 18 berdasarkan dollar dunia. Data dari Bank Dunia, menyebutkan
bahwa PDB Indonesia membawahi Malaysia, Singapura bahkan
Swiss. Hal
yang cukup luar biasa!
Akan tetapi menurut Bank Dunia, jika dihitung berdasakan tingkat per kapita Indonesia berada
diperingkat 128 pada tahun
2007. Sehingga terdapat disparitas yang cukup jauh antara PDB (Nominal) dan tingkat per kapita. Kita mengenal fenomena ini dengan istilah
“yang
kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.”
Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional (Bappenas) menyampaikan, bahwa menurut Gold Sachs (2009) pada tahun
2050, PDB Indonesia menempati peringkat ke-7 dunia, tapi jika dilihat dari PDB per kapita masih dibawah. Pada tahun tersebut PDB/kapita
Indonesia sebesar USD 22.000, dibawahi Vietnam dengan PDB/kapita sebesar USD 33.000.
Tidak hanya dari sektor ekonomi, mari kita review
kembali sektor pendidikan, sektor teknologi
dan lain sebagainya agar diusia
Indonesia yang ke-68 ini kita dapat menjadi bangsa yang lebih maju. Pahlawan
kemerdekaan telah berjuang dengan apa yang mereka
miliki untuk membangun negeri ini. Sekarang, waktunya generasi muda bertindak. Tidak ada kata terlambat! Kita harus tetap
semangat membangun negeri ini, belajar dari kesalahan para pendahulu kita, buat
mereka bangga dengan apa yang kita hasilkan. Untuk Ibu Pertiwi. Untuk Indonesia
Raya. Merdeka!!!
“Selamat hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 68”
Ariski Priyanto
Magang 2012
Post a Comment