Selamat datang di situs resmi LPM Edents FEB Undip

Menjadi Manusia Merdeka

Saturday, August 17, 20130 comments

Sumber: kontinum.org

Tak terasa 68 tahun sudah Indonesia merdeka. Dalam usia yang tak lagi muda, benarkah kemerdekaan telah dirasakan oleh seluruh masyarakat di berbagai penjuru tanah air? Rasanya menjadi manusia merdeka belum dapat dirasakan setiap jiwa Indonesia.

Merdeka. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan merdeka sebagai (1) bebas –dari perhambaan, penjajahan- (2) tidak terkena atau lepas dari tuntutan (3) tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa.

Bebas. Indonesia telah memerdekaan diri lewat tangan putra putrinya di tahun 1945. Kala itu kaum muda bergerak mengusir kolonialisme dan imprelialisme di bumi Indonesia. Perjuangan itulah yang pada akhirnya menjadi kunci untuk mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan.

Seiring dengan merdekanya bangsa Indonesia, republik ini pun terlepas dari berbagai tuntutan yang dulunya diajukan oleh para penjajah. Seperti sistem tanam paksa atau “cultur stelsel” dari politik kolonial Belanda. Kita pun tak lagi harus menyisihkan sebagian tanah untuk ditanami komoditi ekspor khususnya kopi, tebu, dan tumbuhan indigo (nila).  Namun setelah kemerdekaan itu, tuntutan demi tuntutan justru datang dari masyarakat Indonesia. Mulai dari tuntutan Timor Timur yang kini menjadi Timor Leste lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga tuntutan bantuan langsung tunai (BLT) dan beras (raskin) untuk rakyat miskin. Polemik semacam itulah yang kemudian menjadi tinta sejarah perjalanan Indonesia dalam mengisi kemerdekaannya.

Hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara lain atau yang disebut dengan government to government (G to G) maupun hubungan multirateral juga mewarnai 68 tahun republik ini. Sayangnya hubungan harmonis Indonesia dengan beberapa negara di dunia menjadikan kita (selalu) bergantung kepada pihak lain. Tapi bukankah kita memang saling membutuhkan? Indonesia memang negeri dengan kekayaan alam yang melimpah. Pun negeri dengan lebih dari 240 juta jiwa penduduk yang bermukim didalamnya. Namun Indonesia belum menjadi negeri dengan penguasaan teknologi yang mumpuni. Untuk itu kita membutuhkan bangsa lain.

Indonesia membutuhkan bangsa lain yang mau menampung warganya untuk sekedar berlibur hingga menjadi ladang pekerjaan yang mampu menghasilkan pundi uang. Indonesia butuh pangung dunia untuk memperkenalkan budaya warisan leluhurnya. Dan Indonesia juga perlu pasar negara lain untuk menjajakan produk-produknya. Begitu pula sebaliknya, negara-negara di bumi Eropa, Amerika, Asia, Australia, dan Afrika membutuhkan Indonesia untuk melebarkan sayap perusahan-perusahaan di negaranya. Dengan hubungan harmonis antar bangsa itulah kita dapat menemukan esensi menjadi manusia merdeka, karena pada dasarnya setiap manusia ingin bebas, merdeka.

Manusia merdeka ialah mereka yang memilih kemudian memutuskan akan menjadi apa dan bagaimana dirinya. Jika hal ini dikombinasikan dalam konteks keindonesiaan, maka Indonesia merdeka ialah  sebuah keputusan maha penting. Keputusan inilah yang kemudian menentukan tujuan dari kemerdekaan. Ketika tujuan bernegara dan berbangsa telah tersusun dalam bingkai proklamasi dan tercermin dalam pancasila dan undang-undang dasar, maka tugas generasi penerusnya untuk mewujudkan cita-cita republik yang dititipkan dua proklamator kita, Soekarno-Hatta.

Saya yakin, generasi saya yang kelak akan menahkodai negara ini adalah generasi perubahan. Hari ini, 17 Agustus 2013, Indonesia telah berkembang jauh lebih baik daripada era 40an. Kekayaan  alam, kearifan budaya, dan kerukunan dalam kompleksnya kultur masyarakat mampu menjadikannya pembeda dari bangsa manapun, karena keberagaman hanya milik Indonesia.

Saya percaya, generasi usia 20-an kini akan bersama membangun Indonesia dan menyalakan lilin perubahan di republik ini hingga setiap jiwa benar-benar merdeka. Merdeka dari intoleransi yang belakangan mulai terkikis. Merdeka dari invasi budaya luar yang marak terjadi. Merdeka dari segala pembatas yang membayangi penduduk di pulau terluar. Merdeka dari belenggu korupsi. Dan merdeka secara hak hingga menjadi manusia merdeka.

Maka mulai saat ini, jadilah pemimpin dititik yang kau pilih seperti seruan Ayu Utami. Dan mari kita bermimpi, berimajinasi, dan bekerja keras menjadi pemimpin yang bermanfaat dan merdeka bagi negeri Indonesia yang indah ini seperti ajakan Trisna Sanjana.

Dirgahayu bangsaku, Dirgahayu Indonesiaku!


Nurul Qolbi
Redaktur Pelaksana Online 2013
Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2013. I Shunha-modif.web I LPM EDENTS - All Rights Reserved