Make a Difference (doc. Narasumber) |
Konferensi
diartikan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai rapat atau pertemuan
untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi
bersama. Istilah konferensi dapat pula diartikan sebagai permusyawaratan atau
muktamar. Tak hanya sebagai ajang untuk berunding akan sebuah masalah, pun
berbagai isu di segala bidang yang tak luput menjadi pembahasan dalam sebuah
konferensi baik ditingkat nasional maupun internasional.
Salah
satu konferensi berskala internasional ialah Make a Difference (MaD) yang dibentuk pada tahun 2010 oleh Hongkong Institute of Contemporary Culture,
sebuah lembaga non profit dan non pemerintahan di Hongkong. MaD memusatkan
perhatian dan percaya pada potensi kaum muda, seperti yang tertera di website MaD Asia, “MaD inspires and empowers youngsters all
over Asia to create positive personal, economic, social and environmental
change”.
MaD
diselenggarakan setiap bulan Januari di Hongkong dan pada tahun ini (2013-red),
MaD dihelat pada tanggal 25 hingga 27 Januari. Ratna Hartiningtyas, seorang
mahasiswi jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip), merupakan salah satu delegasi dari
Indonesia dalam MaD Conference. Ratna
mengaku mengetahui informasi acara tersebut melalui open application di salah satu link yang ia dapati di twitter. Ia
menambahkan bahwa open application tersebut
diperbolehkan untuk diikuti oleh anak muda di seluruh Asia dan dibuka bagi siapapun
yang ingin mendaftar. “Disitu emang ada
dua jalur, yang pertama jalur berbayar, yang kedua jalur subsidi. Nah aku pilih oprec yang jalur subsidi, tapi buat yang jalur subsidi ini mereka emang ada seleksi,” ujar Ratna.
Ratna
menjelaskan bahwa seleksi jalur subsidi dilakukan dengan cara mengirim booklet serta video aplikasi. Booklet tersebut berisi penjabaran
mengenai motivasi, latar belakang, lalu apa yang akan diberikan para peserta
kepada masyarakat setelah mengikuti
conference ini. “Kalau yang video ini, sama isinya sih memotivasi, kita
siapa, terus kenapa kita harus dipilih,” ujarnya. Delegasi dari Indonesia yang
mengikuti MaD 2013 berjumlah 20 orang. Namun tidak semua
dari mereka tinggal di Indonesia, beberapa merupakan mahasiswa Indonesia yang
berkuliah di luar negeri seperti Korea, Jepang, dan Malaysia. “Delegasinya
tidak diakomodir oleh salah satu orang. Jadi semuanya bener-bener independen, sendiri berangkat kesana cuman kita dikasih kayak bekal sama
mereka (penyelenggara acara -red),”
ungkapnya.
Pada
konferensi tersebut, Ratna menjelaskan bahwa terdapat beberapa isu serta
masalah yang dibahas dan penting untuk diketahui oleh anak-anak muda. Salah
satunya ialah mengenai development work
seperti kerja-kerja sosial dan bagaimana kondisinya di berbagai negara Asia.
“Kemudian teknologi, bagaimana teknologi mengubah dunia. Ada juga tentang kota,
bagaimana tata kota yang baik, bagaimana membuat kota yang lebih humanis,”
tambahnya. Pun tak luput mengenai peran anak muda agar dapat membuat perubahan
positif setelah mengikuti konferensi ini.
Segala
hal yang diperoleh Ratna selama enam hari di Hongkong dalam MaD Conference ini tentu saja menjadi
pengalaman tersendiri baginya, terutama bertemu dengan anak-anak muda dari
berbagai negara Asia. “Kita bisa ngerasain
banget nih living diversity kayak kita share budaya dan belajar lebih qualific
dalam melihat suatu masalah karena pulang dari sana kita lebih terbuka,”
ujarnya. Selain itu Ratna menambahkan bahwa melalui acara ini, sensitivitasnya
terhadap berbagai masalah disekitar pun meningkat.
Ratna
berharap ia mampu mengembangkan ide-ide dan pikiran yang sudah ia peroleh di MaD
ini, supaya kelak anak-anak Indonesia bisa membuat perubahan yang lebih baik.
Ditanya mengenai apakah ia akan berpartisipasi lagi pada MaD tahun berikutnya
(2014 –red), Ratna menegaskan untuk
tidak turut serta. “Kayaknya sih enggak soalnya aku pengen jatah yang mungkin bisa aku dapat lagi, buat orang lain buat
orang Indonesia yang mungkin lebih dari aku,” ujar mahasiswi yang kini tengah
mengikuti program pertukaran di Korea. (nq)
Oleh: Rio Putri Paramita
Post a Comment